Rabu, 30 April 2014

Akhlak Tasawuf : Pengetahuan Tentang Diri


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengetahuan Tentang Diri
Pengetahuan tentang diri adalah kunci pengetahuan tentang Tuhan, jadi tidak ada yang lebih dekat kepada anda kecuali diri anda sendiri.  Jika anda tidak mengetahui diri anda sendiri, bagaimana anda bisa mengetahui segala sesuatu yang lain. Langkah pertama menuju pengetahuan tentang diri adalah menyadari bahwa anda terdiri dari bentuk luar yang disebut sebagai jasad, dan wujud dalam yang disebut sebagai hati dan ruh.
Pengetahuan tentang diri yang sebenarnya, ada dalam pengetahuan tentang hal-hal berikut ini:
Siapakah anda, dan dari mana anda datang? Kemana anda pergi, apa tujuan anda datang lalu tinggal disini sejenak di sini. Serta dimanakah kebahagian anda dan kesedihan anda sebenarnya berada?. Sebagian sifat anda adalah sifat-sifat binatang, sebagaian yang lain adalah sifat-sifat setan dan selebihnya sifat-sifat malaikat. Anda harus menemukan, mana di antara sifat-sifat ini yang aksidental dan mana yang esensial (pokok). Sebelum anda ketahui hal ini, tak akan bisa anda temukan letak kebahagian anda yang sebenarnya.[1]
Apabila anda merenungkan keadaan anda dimasa yang lalu dan melihat bahwa, waktu itu cara hidup anda diliputi kezuhutan akan dunia  dan keinginan akan akhirat, kecemasan akan segala yang meragukan dan percepatan dalam kebajikan, penyegeraan pada ketaatan dan oenjauhan diri dari kaejahatan. Anda seharusnya menetahui bahwa kini anda dalam keadaan merendah dan menurun dalam hal-hal yang bersangkutan dengan agama anda, penghampiran pada Tuhan anda serta gerak menuju akhirat anda.
Bila tampak bagi anda adanya penambahan dalam pengahampiran diri kepada Allah dan pendambaan akan akhirat, selayaknya anda makin banyak bersyukur kepada Allah SWT atas karunia dan anugerah-Nya atas diri anda. Sebab, segalanya adalah seperti dalam firman Allah SWT:
* $pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qãèÎ6­Gs? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 `tBur ôìÎ7®Ktƒ ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# ¼çm¯RÎ*sù  âßDù'tƒ Ïä!$t±ósxÿø9$$Î/ ̍s3ZßJø9$#ur 4 Ÿwöqs9ur ã@ôÒsù «!$# ö/ä3øn=tæ ¼çmçGuH÷quur $tB 4s1y Nä3ZÏB ô`ÏiB >tnr& #Yt/r& £`Å3»s9ur ©!$# Éj1tム`tB âä!$t±o 3 ª!$#ur ììÏÿxœ ÒOŠÎ=tæ ÇËÊÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. An-nuur : 21)”[2]

2.      Pengetahuan Tentang Dunia
Dunia ini adalah sebuah panggung atau pasar yang disinggahi oleh para musafir di tengah perjalanannya ke tempat lain. Di sinilah mereka membekali diri dengan berbagai perbekalan untuk perjalanan itu. Jelasnya, disini manusia dengan menggunakan indera-indera jasmaniahnya, memperoleh sejumlah pengetahuan tentang karya-karya Allah serta melalui karya-karya tersebut tentang Allah sendiri.
Sementara manusia berada di dunia ini ada dua hal yang perlu baginya. Pertama, perlindungan dan pemeliharaan jiwanya; kedua, perawatan dan pemeliharaan jasadnya Pemeliharaan yang tepat atas jiwanya, sebagaimana ditunjukkan di atas, adalah pengetahuan dan cinta akan Tuhan. Jasad bisa dikatakan sebagai sekedar hewan tunggangan jiwa dan musnah, sementara jwa terus abadi.
Dunia ini seperti meja yang terhampar bagi tamu-tamu yang datang dan pergi silih berganti.[3]
Kehidupan dunia adalah versi kehidupan lanjutan dari kehidupan alam rahim. Ia merupakan versi kehidupan yang lebih sempurna dan lebih baik dari kehidupan alam rahim. Dalam versi kehidupan dunia, yang mendominasi adalah jasad, namun masih dipengaruhi oleh ruh.
Kemudian, akhir dari versi kehidupan dunia seseorang ditandai dengan peristiwa “kematian”. Definisi kematian yang sebenarnya adalah proses “berpisahnya” antara ruh dan jasad. Dengan kata lain, saat orang mengalami kematian. sebenarnya saat itu ruh orang tersebut sedang dicabut (dipisahkan) dari jasadnya.
Dan ketika orang telah mati, yakni ketika ruhnya dan jasadnya telah berpisah maka, orang tersebut telah memasuki versi kehidupan lain, yakni kehidupan alam kubur (alam barzah).[4]
  1. Sifat-Sifat Manusia
Ada banyak sekali sifat-sifat manusia di dunia, dan hampir setiap manusia memiliki sifat yang berbeda, dan juga sifat-sifat tersebut ada yang baik dan buruk. Di antaranya:
  1. Cinta Dunia
Penjelasan tentang sifat ini terdapat dalam ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Imran ayat 14, yang berbunyi;
z`Îiƒã Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$# šÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎŽÏÜ»oYs)ø9$#ur ÍotsÜZs)ßJø9$# šÆÏB É=yd©%!$# ÏpžÒÏÿø9$#ur È@øyø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur Ï^öysø9$#ur 3 šÏ9ºsŒ ßì»tFtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ª!$#ur ¼çnyYÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$# ÇÊÍÈ  
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Semua hal yang disebutkan dalam ayat ini, karena merupakan rahmat Allah, tidak boleh dikutuk. Namun, yang tidak diinginkan ialah menjadi terpaut pada hal-hal ini dan memberikan makna mendasar padanya dalam kehidupan suatu penekanan berlebihan. Karena itu, kutukan dan dan pujian terhadap dunia, yang kita dapati dalam Al-Qur’an atau Hadist, berkaitan dengan kedudukan dan penggunaan dunia dan ihwalnya. Bila seseorang menjadikan dunia ini sebagai berhalanya dan hanyut dalam harapan-harapan duniawi sampai ia melupakan Allah dan akhirat, atau menjual akhirat untuk dunia. Dalam surat Al-Baqarah ayat 86, yang berbunyi;
y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# (#ãruŽtIô©$# no4quŠysø9$# $uŠ÷R$!$# ÍotÅzFy$$Î/ ( Ÿxsù ß#¤ÿsƒä ãNåk÷]tã Ü>#xyèø9$# Ÿwur öNèd tbrçŽ|ÇZムÇÑÏÈ  
“Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.”
Maka dapat dikatakan bahwa orang semacam itu telah menjadi korban penyakit cinta dunia.[5]
  1. Zuhud
Zuhud ialah berpantang terhadap hal-hal duniawi, baik secara batin maupun lahir, kecuali bila diperlukan untuk mendapatkan rahamat ukhrawi, dan untuk mencapai kedekatan kepada Allah.
Zuhud dilakukan dengan tiga alasan yang berbeda-beda:
a.       Untuk membebaskan diri adri neraka.
b.      Untuk mencapai keridhaan Allah dan mendapatkan kenikmatan surgawi.
c.       Untuk bersatu dengan Allah.[6]
  1. Tamak
Tamak disebabakan oleh cinta dunia. Tamak ialah mengincar hak milik orang lain. Lawan dari keburukan ini ialah tidak bergantung pada orang lain dan tidak memusingkan dii dengan apa yang dipunyai orang lain.
Orang yang paling besar ke-rahatnya-annya di dunia, terlampaui gemar akan kesenangan dan kelezatannya dan paling giat mengejar kemewahannya adalah orang yang paling besar kepayahan dan kesulitannya, paling banyak mengahadapi ancaman bahaya dan paling sering diliputi kerisauan, kegundahan dan kesedihan.
Dengan uraian diatas dapat diketahui bahwa kesenangan-kesengan duniawi, kelezatan-kelezatannya serta pengumbaran syahwat nafsu di dalamnya, semua itu mengundang kepayahan, bahaya, kegundahan, kerisauan dan kesedihan.[7]
Setiap orang yang menyamakan antara dunia dan akhiratnya dalam hal perhatian yang seksama dan keinginan dalam hati, serta kegiatan dan pencaharian dalam perbuatan nyata, maka ia adalah seorang yang keterlaluan dalam kebodohan dan kedunguannya.
Adapun alasan mengapa oarng yang menyamakan antara dunaia dan akhirat, dalam hal usaha dan kegiatan untuk mencapai kedua-duanya seperti yang telah kami sebutkan, dinilai sebagai manusia yang mata bodoh dan dungu. Sehingga perumpamaannya seperti seseorang yang menyamakan antar batu permata dengan kerikil atau antara emas murni dan tembikar.
Sebagaimana pernah diucapkan seorang dari para salaf saleh: “ Sekiranya dunia terbuat dari emas fana dan akhirat terbuat dari tembikar. Padahal kenyataannya akhirat justru adalah emas yang baka, sedangkan dunia adalah tembikar yang fana.
Jelaslah kini, bahwa orang yang mengutamakan dunia diatas akhirat adalah seorang yang diliputi keraguan (tentang adanya kehidupan akhirat), dan yang menyamakan antara keduanya adalah seorang yang bodoh lagi ahmak. Adapun orang yang mengutamakan kahirat di atas dunia adalah seorang mukmin yang piwai lagi bijaksana.[8]
  1. Hakikat dunia Mendorong manusia Untuk Berzuhud
Allah SWT berfirman:
$O!9# ÇÊÈ   y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ   tûïÏ%©!$# tbqãZÏB÷sムÍ=øtóø9$$Î/ tbqãKÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# $®ÿÊEur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZムÇÌÈ   tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sム!$oÿÏ3 tAÌRé& y7øs9Î) !$tBur tAÌRé& `ÏB y7Î=ö7s% ÍotÅzFy$$Î/ur ö/ãf tbqãZÏ%qムÇÍÈ   y7Í´¯»s9'ré& 4n?tã Wèd `ÏiB öNÎgÎn/§ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÎÈ  
“Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat,  mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
 Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis bagi orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, orang yang melaksanakan shalat dan menshodaqohkan rizkinya kepada orang-orang fakir atau miskin. Mereka meyakini bahwa kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir, yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.
$O!9# ÇÊÈ   y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ   tûïÏ%©!$# tbqãZÏB÷sãƒ
y7ù=Ï? â#¤$!$# äotÅzFy$# $ygè=yèøgwU tûïÏ%©#Ï9 Ÿw tbr߃̍ム#vqè=ãæ Îû ÇÚöF{$# Ÿwur #YŠ$|¡sù 4 èpt7É)»yèø9$#ur tûüÉ)­FßJù=Ï9 ÇÑÌÈ  
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. Al-Qashas: 83).
 Yang dimaksud kampung akhirat di sini ialah kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat, maksudnya adalah syurga.
`tB šc%x. ߃̍ムy^öym ÍotÅzFy$# ÷ŠÌtR ¼çms9 Îû ¾ÏmÏOöym ( `tBur šc%x. ߃̍ムy^öym $u÷R9$# ¾ÏmÏ?÷sçR $pk÷]ÏB $tBur ¼çms9 Îû ÍotÅzFy$# `ÏB A=ŠÅÁ¯R ÇËÉÈ  
“Barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (QS. Asy-Syura: 20).[9]


  1. Kehidupan Akhirat
Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sempurna, karena disitulah letak keabadian kehidupan manusia. Dalam kehidupan ini hubungan antara ruh dan jasad adalah sangat kuat. Sebuah kehidupan tanpa kematian, dan segala hukum di dunia tidak berlaku.
Kemudian, kehidupan akhirat juga memiliki perbedaan yang signifikan dengan kehidupan dunia. Dalam hal apa? Dalam hal kebaikan dan keburukan. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang bercampur antara kebaikan dan keburukan. Sedangkan akhirat adalah kehidupan yang adil dengan memisahkan antara kebaikan dan keburukan. Dalam kehidupan akhirat, setiap kebaikan ditempatkan di tempat yang baik (yakni, surga) dan setiap keburukan ditempatkan di tempat yang buruk (yakni, neraka). Sehingga, tak sedetik pun penghuni surga yang merasakan kesedihan di dalamnya. Dan penduduk neraka tak sedetik pun merasakan kebahagiaan di dalamnya.
Jadi, pada dasarnya konsep kehidupan akhirat adalah sama dengan kehidupan dunia, tapi jauh lebih baik.
$tBur äo4quysø9$# !$uŠ÷R$!$# žwÎ) Ò=Ïès9 ×qôgs9ur ( â#¤$#s9ur äotÅzFy$# ׎öyz tûïÏ%©#Ïj9 tbqà)­Gtƒ 3 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÌËÈ  
“ Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’am: 32).
            Dan kehidupan dunia jika dibanding dengan kehidupan akhirat adalah “sedikit”.
ª!$# äÝÝ¡ö6tƒ s-øÎh9$# `yJÏ9 âä!$t±o âÏø)tƒur 4 (#qãm̍sùur Ío4quysø9$$Î/ $u÷R9$# $tBur äo4quysø9$# $u÷R9$# Îû ÍotÅzFy$# žwÎ) Óì»tFtB ÇËÏÈ    (QS. Ar-Ra’d: 26)
“Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, Padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS. Ar-Raad:26)
Kebahagiaan di akhirat adalah kebahagiaan yang abadi (karena tidak mengandung kematian).
šúïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ysô¹r& Ïp¨Yyfø9$# ( öNèd $pkŽÏù šcrà$Î#»yz ÇÑËÈ 
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah:82)
Dan kesengsaraan di akhirat adalah kesengsaraan yang abadi (karena tidak mengandung kematian).
šúïÏ%©!$#ur (#qç/¤x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ (#rçŽy9õ3tFó$#ur !$pk÷]tã y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ysô¹r& Í$¨Y9$# ( öNèd $pkŽÏù tbrà$Î#»yz ÇÌÏÈ  
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.[10]
Dan jika Anda tetap tidak mempercayai kehidupan akhirat, atau, anda menempuh jalan yang salah dalam kehidupan ini, maka sebenarnya Anda telah membuat kesalahan yang besar. Mengapa? Karena kehidupan hanya berputar ke depan, tidak pernah ke belakang! Jika kita semua telah memasuki kehidupan akhirat, maka tak satupun di antara kita yang bisa kembali ke dalam kehidupan dunia lagi. sebagaimana kita tidak akan pernah bisa kembali ke dalam perut ibunya (alam rahim). Dan penyesalan orang yang tidak percaya terhadap kehidupan akhirat adalah penyesalan yang tiada tara, karena mereka “berharap” dengan harapan yang kosong.
öqs9ur #ts? ÏŒÎ) šcqãB̍ôfßJø9$# (#qÝ¡Ï.$tR öNÎhÅrâäâ yZÏã óOÎgÎn/u !$oY­/u $tR÷Ž|Çö/r& $uZ÷èÏJyur $oY÷èÅ_ö$$sù ö@yJ÷ètR $·sÎ=»|¹ $¯RÎ) šcqãZÏ%qãB ÇÊËÈ  
“Dan, jika Sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan Kami, Kami telah melihat dan mendengar, Maka kembalikanlah Kami (ke dunia), Kami akan mengerjakan amal saleh, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang yakin." (QS. As-Sajdah: 12).[11]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran yang membedakan dengan makhluk yang lain, mereka saling melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya.
Terlebih dulu kita harus mnegetahui diri kita sendiri itu seperti apa?, tujuan untuk hidup di dunia ini untuk apa..?? apakah kita akan selalu mementingkan kehidupan duniawi daripada akhirat..???
Dunia adalah suatu tempat dimana berlangsungnya suatu kehidupan yang breaneka ragam, dunia ini hanyalah kehidupan sementara bagi para makhluk, karena sesungguhnya dunia itu panggung sandiwara.
Kehidupan di akhirat adalah suatu kehidupan yang akan kekal dan abadi untuk selamanya, karena akhirat adalah kehidupan dimana kehidupan dunia telah berakhir.
Orang yang lebih memperhatikan dunianya dan juga keinginannya serta usaha dan kegiatannya itu lebih besar dan lebih banyak daripada perhatian dan usahanya untuk kehidupan akhiratnya kelak.
Andaikan surga dan neraka tak pernah ada, apakah kita akan tetap mempercayai adanya kehidupan akhirat, dan juga menyembah kepada Allah
Andaikata tiada sesuatu di akhirat selain kelestarian dan keselamatan dari segala bencana dan penyakit didalamnya, sesungguhnya itu sudah cukup untuk lebih didahulukan dan diutamakan di atas dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Kimia Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1979).
M. Makhruf ,Hasanain, Menuju Kesempurnaan hidup,(Bandung:Mizan Anngota IKAPI,1985).
Http//Konsep Kehidupan Akhirat_Aneka Resep Kehidupan.htm.
Naraqi- , Al-, Penghimpun Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1985).




[1] Al-Ghazali, Kimia Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1979) 9-10
[2] Hasanain M Makhruf, Menuju Kesempurnaan hidup,(Bandung:Mizan Anngota IKAPI,1985) 84-85
[3] Al-Ghazali, Kimia Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1979) 39-47

[4] Http//Konsep Kehidupan Akhirat_Aneka Resep Kehidupan.htm
[5] Al-Naraqi, Penghimpun Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1985) 85-87
[6] Al-Naraqi, Penghimpun Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1985) 88-89

[7] Al-Naraqi, Penghimpun Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1985) 92-93
[8] Hasanain M Makhruf, Menuju Kesempurnaan hidup,(Bandung:Mizan Anngota IKAPI,1985) 85-86

[9] Hasanain M Makhruf, Menuju Kesempurnaan hidup,(Bandung:Mizan Anngota IKAPI,1985) 107-109

[10] Http//Konsep Kehidupan Akhirat_Aneka Resep Kehidupan.htm

[11] Http//Konsep Kehidupan Akhirat_Aneka Resep Kehidupan.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar