BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Tentang Diri
Pengetahuan
tentang diri adalah kunci pengetahuan tentang Tuhan, jadi tidak ada yang lebih
dekat kepada anda kecuali diri anda sendiri.
Jika anda tidak mengetahui diri anda sendiri, bagaimana anda bisa
mengetahui segala sesuatu yang lain. Langkah pertama menuju pengetahuan tentang
diri adalah menyadari bahwa anda terdiri dari bentuk luar yang disebut sebagai
jasad, dan wujud dalam yang disebut sebagai hati dan ruh.
Pengetahuan
tentang diri yang sebenarnya, ada dalam pengetahuan tentang hal-hal berikut
ini:
Siapakah anda,
dan dari mana anda datang? Kemana anda pergi, apa tujuan anda datang lalu
tinggal disini sejenak di sini. Serta dimanakah kebahagian anda dan kesedihan
anda sebenarnya berada?. Sebagian sifat anda adalah sifat-sifat binatang,
sebagaian yang lain adalah sifat-sifat setan dan selebihnya sifat-sifat
malaikat. Anda harus menemukan, mana di antara sifat-sifat ini yang aksidental
dan mana yang esensial (pokok). Sebelum anda ketahui hal ini, tak akan bisa anda
temukan letak kebahagian anda yang sebenarnya.[1]
Apabila anda
merenungkan keadaan anda dimasa yang lalu dan melihat bahwa, waktu itu cara
hidup anda diliputi kezuhutan akan dunia
dan keinginan akan akhirat, kecemasan akan segala yang meragukan dan percepatan
dalam kebajikan, penyegeraan pada ketaatan dan oenjauhan diri dari kaejahatan.
Anda seharusnya menetahui bahwa kini anda dalam keadaan merendah dan menurun
dalam hal-hal yang bersangkutan dengan agama anda, penghampiran pada Tuhan anda
serta gerak menuju akhirat anda.
Bila tampak bagi
anda adanya penambahan dalam pengahampiran diri kepada Allah dan pendambaan
akan akhirat, selayaknya anda makin banyak bersyukur kepada Allah SWT atas
karunia dan anugerah-Nya atas diri anda. Sebab, segalanya adalah seperti dalam
firman Allah SWT:
* $pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
w
(#qãèÎ6Gs?
ÏNºuqäÜäz
Ç`»sÜø¤±9$#
4
`tBur
ôìÎ7®Kt
ÏNºuqäÜäz
Ç`»sÜø¤±9$#
¼çm¯RÎ*sù
âßDù't
Ïä!$t±ósxÿø9$$Î/
Ìs3ZßJø9$#ur
4
wöqs9ur
ã@ôÒsù
«!$#
ö/ä3øn=tæ
¼çmçGuH÷quur
$tB
4s1y
Nä3ZÏB
ô`ÏiB
>tnr&
#Yt/r&
£`Å3»s9ur
©!$#
Éj1tã
`tB
âä!$t±o
3
ª!$#ur
ììÏÿx
ÒOÎ=tæ
ÇËÊÈ
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti
langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan
perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah
dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih
(dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah
membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui. (QS. An-nuur : 21)”[2]
2. Pengetahuan Tentang Dunia
Dunia
ini adalah sebuah panggung atau pasar yang disinggahi oleh para musafir di
tengah perjalanannya ke tempat lain. Di sinilah mereka membekali diri dengan
berbagai perbekalan untuk perjalanan itu. Jelasnya, disini manusia dengan
menggunakan indera-indera jasmaniahnya, memperoleh sejumlah pengetahuan tentang
karya-karya Allah serta melalui karya-karya tersebut tentang Allah sendiri.
Sementara
manusia berada di dunia ini ada dua hal yang perlu baginya. Pertama,
perlindungan dan pemeliharaan jiwanya; kedua, perawatan dan pemeliharaan
jasadnya Pemeliharaan yang tepat atas jiwanya, sebagaimana ditunjukkan di atas,
adalah pengetahuan dan cinta akan Tuhan. Jasad bisa dikatakan sebagai sekedar
hewan tunggangan jiwa dan musnah, sementara jwa terus abadi.
Dunia
ini seperti meja yang terhampar bagi tamu-tamu yang datang dan pergi silih
berganti.[3]
Kehidupan
dunia adalah versi kehidupan lanjutan dari kehidupan alam rahim. Ia merupakan
versi kehidupan yang lebih sempurna dan lebih baik dari kehidupan alam rahim.
Dalam versi kehidupan dunia, yang mendominasi adalah jasad, namun masih dipengaruhi oleh
ruh.
Kemudian,
akhir dari versi kehidupan dunia seseorang ditandai dengan peristiwa
“kematian”. Definisi kematian yang sebenarnya adalah proses “berpisahnya”
antara ruh dan jasad. Dengan kata lain, saat orang mengalami kematian.
sebenarnya saat itu ruh orang tersebut sedang dicabut (dipisahkan) dari jasadnya.
Dan ketika
orang telah mati, yakni ketika ruhnya dan jasadnya telah berpisah maka, orang
tersebut telah memasuki versi kehidupan lain, yakni kehidupan alam kubur (alam
barzah).[4]
- Sifat-Sifat Manusia
Ada
banyak sekali sifat-sifat manusia di dunia, dan hampir setiap manusia memiliki
sifat yang berbeda, dan juga sifat-sifat tersebut ada yang baik dan buruk. Di
antaranya:
- Cinta Dunia
Penjelasan
tentang sifat ini terdapat dalam ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Imran ayat 14,
yang berbunyi;
z`Îiã
Ĩ$¨Z=Ï9
=ãm
ÏNºuqyg¤±9$#
ÆÏB
Ïä!$|¡ÏiY9$#
tûüÏZt6ø9$#ur
ÎÏÜ»oYs)ø9$#ur
ÍotsÜZs)ßJø9$#
ÆÏB
É=yd©%!$#
ÏpÒÏÿø9$#ur
È@øyø9$#ur
ÏptB§q|¡ßJø9$#
ÉO»yè÷RF{$#ur
Ï^öysø9$#ur
3
Ï9ºs
፯tFtB
Ío4quysø9$#
$u÷R9$#
(
ª!$#ur
¼çnyYÏã
ÚÆó¡ãm
É>$t«yJø9$#
ÇÊÍÈ
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Semua hal yang disebutkan dalam ayat
ini, karena merupakan rahmat Allah, tidak boleh dikutuk. Namun, yang tidak
diinginkan ialah menjadi terpaut pada hal-hal ini dan memberikan makna mendasar
padanya dalam kehidupan suatu penekanan berlebihan. Karena itu, kutukan dan dan
pujian terhadap dunia, yang kita dapati dalam Al-Qur’an atau Hadist, berkaitan
dengan kedudukan dan penggunaan dunia dan ihwalnya. Bila seseorang menjadikan
dunia ini sebagai berhalanya dan hanyut dalam harapan-harapan duniawi sampai ia
melupakan Allah dan akhirat, atau menjual akhirat untuk dunia. Dalam surat
Al-Baqarah ayat 86, yang berbunyi;
y7Í´¯»s9'ré&
tûïÏ%©!$#
(#ãrutIô©$#
no4quysø9$#
$u÷R$!$#
ÍotÅzFy$$Î/
(
xsù
ß#¤ÿsä
ãNåk÷]tã
Ü>#xyèø9$#
wur
öNèd
tbrç|ÇZã
ÇÑÏÈ
“Itulah
orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, Maka tidak
akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.”
Maka dapat dikatakan bahwa orang semacam
itu telah menjadi korban penyakit cinta dunia.[5]
- Zuhud
Zuhud ialah berpantang terhadap hal-hal
duniawi, baik secara batin maupun lahir, kecuali bila diperlukan untuk
mendapatkan rahamat ukhrawi, dan untuk mencapai kedekatan kepada Allah.
Zuhud dilakukan dengan tiga alasan yang
berbeda-beda:
a.
Untuk
membebaskan diri adri neraka.
b.
Untuk
mencapai keridhaan Allah dan mendapatkan kenikmatan surgawi.
c.
Untuk
bersatu dengan Allah.[6]
- Tamak
Tamak disebabakan oleh cinta dunia.
Tamak ialah mengincar hak milik orang lain. Lawan dari keburukan ini ialah
tidak bergantung pada orang lain dan tidak memusingkan dii dengan apa yang
dipunyai orang lain.
Orang yang paling besar
ke-rahatnya-annya di dunia, terlampaui gemar akan kesenangan dan kelezatannya
dan paling giat mengejar kemewahannya adalah orang yang paling besar kepayahan
dan kesulitannya, paling banyak mengahadapi ancaman bahaya dan paling sering
diliputi kerisauan, kegundahan dan kesedihan.
Dengan uraian diatas dapat diketahui
bahwa kesenangan-kesengan duniawi, kelezatan-kelezatannya serta pengumbaran
syahwat nafsu di dalamnya, semua itu mengundang kepayahan, bahaya, kegundahan,
kerisauan dan kesedihan.[7]
Setiap orang yang menyamakan antara
dunia dan akhiratnya dalam hal perhatian yang seksama dan keinginan dalam hati,
serta kegiatan dan pencaharian dalam perbuatan nyata, maka ia adalah seorang
yang keterlaluan dalam kebodohan dan kedunguannya.
Adapun alasan mengapa oarng yang
menyamakan antara dunaia dan akhirat, dalam hal usaha dan kegiatan untuk
mencapai kedua-duanya seperti yang telah kami sebutkan, dinilai sebagai manusia
yang mata bodoh dan dungu. Sehingga perumpamaannya seperti seseorang yang
menyamakan antar batu permata dengan kerikil atau antara emas murni dan
tembikar.
Sebagaimana pernah diucapkan seorang
dari para salaf saleh: “ Sekiranya dunia terbuat dari emas fana dan
akhirat terbuat dari tembikar. Padahal kenyataannya akhirat justru adalah emas
yang baka, sedangkan dunia adalah tembikar yang fana.
Jelaslah kini, bahwa orang yang mengutamakan
dunia diatas akhirat adalah seorang yang diliputi keraguan (tentang adanya
kehidupan akhirat), dan yang menyamakan antara keduanya adalah seorang yang
bodoh lagi ahmak. Adapun orang yang mengutamakan kahirat di atas dunia adalah
seorang mukmin yang piwai lagi bijaksana.[8]
- Hakikat dunia Mendorong manusia Untuk Berzuhud
Allah SWT berfirman:
$O!9#
ÇÊÈ y7Ï9ºs
Ü=»tGÅ6ø9$#
w
|=÷u
¡
ÏmÏù
¡
Wèd
z`É)FßJù=Ïj9
ÇËÈ tûïÏ%©!$#
tbqãZÏB÷sã
Í=øtóø9$$Î/
tbqãKÉ)ãur
no4qn=¢Á9$#
$®ÿÊEur
öNßg»uZø%yu
tbqà)ÏÿZã
ÇÌÈ tûïÏ%©!$#ur
tbqãZÏB÷sã
!$oÿÏ3
tAÌRé&
y7øs9Î)
!$tBur
tAÌRé&
`ÏB
y7Î=ö7s%
ÍotÅzFy$$Î/ur
ö/ãf
tbqãZÏ%qã
ÇÍÈ y7Í´¯»s9'ré&
4n?tã
Wèd
`ÏiB
öNÎgÎn/§
(
y7Í´¯»s9'ré&ur
ãNèd
cqßsÎ=øÿßJø9$#
ÇÎÈ
“Alif
laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta
mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat,
mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung.
Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang
di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan
untuk ditulis bagi orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang beriman
kepada yang ghaib, orang yang melaksanakan shalat dan menshodaqohkan rizkinya
kepada orang-orang fakir atau miskin. Mereka meyakini bahwa kehidupan akhirat
ialah kehidupan sesudah dunia berakhir, yakin akan adanya kehidupan akhirat
ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.
$O!9#
ÇÊÈ y7Ï9ºs
Ü=»tGÅ6ø9$#
w
|=÷u
¡
ÏmÏù
¡
Wèd
z`É)FßJù=Ïj9
ÇËÈ tûïÏ%©!$#
tbqãZÏB÷sã
y7ù=Ï?
â#¤$!$#
äotÅzFy$#
$ygè=yèøgwU
tûïÏ%©#Ï9
w
tbrßÌã
#vqè=ãæ
Îû
ÇÚöF{$#
wur
#Y$|¡sù
4
èpt7É)»yèø9$#ur
tûüÉ)FßJù=Ï9
ÇÑÌÈ
“Negeri
akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri
dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik itu adalah bagi
orang-orang yang bertakwa.(QS. Al-Qashas: 83).
Yang dimaksud kampung akhirat di sini ialah
kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat, maksudnya adalah syurga.
`tB
c%x.
ßÌã
y^öym
ÍotÅzFy$#
÷ÌtR
¼çms9
Îû
¾ÏmÏOöym
(
`tBur
c%x.
ßÌã
y^öym
$u÷R9$#
¾ÏmÏ?÷sçR
$pk÷]ÏB
$tBur
¼çms9
Îû
ÍotÅzFy$#
`ÏB
A=ÅÁ¯R
ÇËÉÈ
“Barang
siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah Keuntungan itu
baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia Kami berikan
kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bahagianpun di akhirat. (QS. Asy-Syura: 20).[9]
- Kehidupan Akhirat
Kehidupan
akhirat adalah kehidupan yang sempurna, karena disitulah letak keabadian
kehidupan manusia. Dalam kehidupan ini hubungan antara ruh dan jasad adalah sangat kuat. Sebuah kehidupan tanpa
kematian, dan segala hukum di dunia tidak berlaku.
Kemudian,
kehidupan akhirat juga memiliki perbedaan yang signifikan dengan kehidupan
dunia. Dalam hal apa? Dalam hal kebaikan dan keburukan. Kehidupan dunia adalah
kehidupan yang bercampur antara kebaikan dan keburukan. Sedangkan akhirat
adalah kehidupan yang adil dengan memisahkan antara kebaikan dan keburukan.
Dalam kehidupan akhirat, setiap kebaikan ditempatkan di tempat yang baik
(yakni, surga) dan setiap keburukan ditempatkan di tempat yang buruk (yakni,
neraka). Sehingga, tak sedetik pun
penghuni surga yang merasakan kesedihan di dalamnya. Dan penduduk neraka tak sedetik pun merasakan
kebahagiaan di dalamnya.
Jadi, pada
dasarnya konsep kehidupan akhirat adalah sama dengan kehidupan dunia, tapi jauh
lebih baik.
$tBur äo4quysø9$#
!$u÷R$!$# wÎ)
Ò=Ïès9
×qôgs9ur
( â#¤$#s9ur
äotÅzFy$#
×öyz
tûïÏ%©#Ïj9
tbqà)Gt 3 xsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÌËÈ
“ Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan
senda gurau belaka[468]. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi
orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’am: 32).
Dan
kehidupan dunia jika dibanding dengan kehidupan akhirat adalah “sedikit”.
ª!$#
äÝÝ¡ö6t
s-øÎh9$#
`yJÏ9 âä!$t±o
âÏø)tur
4 (#qãmÌsùur Ío4quysø9$$Î/
$u÷R9$#
$tBur äo4quysø9$#
$u÷R9$#
Îû ÍotÅzFy$#
wÎ)
Óì»tFtB ÇËÏÈ (QS. Ar-Ra’d: 26)
“Allah meluaskan rezki dan
menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. mereka bergembira dengan
kehidupan di dunia, Padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan
akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS. Ar-Raad:26)
Kebahagiaan
di akhirat adalah kebahagiaan yang abadi (karena tidak mengandung kematian).
úïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä
(#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# y7Í´¯»s9'ré&
Ü=»ysô¹r& Ïp¨Yyfø9$#
( öNèd
$pkÏù
crà$Î#»yz
ÇÑËÈ
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu
penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah:82)
Dan
kesengsaraan di akhirat adalah kesengsaraan yang abadi (karena tidak mengandung
kematian).
úïÏ%©!$#ur (#qç/¤x. $uZÏG»t$t«Î/ (#rçy9õ3tFó$#ur !$pk÷]tã
y7Í´¯»s9'ré&
Ü=»ysô¹r& Í$¨Y9$#
( öNèd
$pkÏù
tbrà$Î#»yz
ÇÌÏÈ
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.[10]
Dan jika Anda
tetap tidak mempercayai kehidupan akhirat, atau, anda menempuh jalan yang salah
dalam kehidupan ini, maka sebenarnya Anda telah membuat kesalahan yang besar.
Mengapa? Karena kehidupan hanya berputar ke depan, tidak pernah ke belakang!
Jika kita semua telah memasuki kehidupan akhirat, maka tak satupun di antara kita yang bisa
kembali ke dalam kehidupan dunia lagi. sebagaimana kita tidak akan pernah bisa
kembali ke dalam perut ibunya (alam rahim). Dan penyesalan orang yang tidak
percaya terhadap kehidupan akhirat adalah penyesalan yang tiada tara, karena mereka “berharap”
dengan harapan yang kosong.
öqs9ur
#ts?
ÏÎ)
cqãBÌôfßJø9$# (#qÝ¡Ï.$tR
öNÎhÅrâäâ yZÏã óOÎgÎn/u !$oY/u
$tR÷|Çö/r& $uZ÷èÏJyur $oY÷èÅ_ö$$sù ö@yJ÷ètR
$·sÎ=»|¹
$¯RÎ) cqãZÏ%qãB
ÇÊËÈ
“Dan, jika Sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang
berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata):
"Ya Tuhan Kami, Kami telah melihat dan mendengar, Maka kembalikanlah Kami
(ke dunia), Kami akan mengerjakan amal saleh, Sesungguhnya Kami adalah
orang-orang yang yakin." (QS. As-Sajdah: 12).[11]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia adalah
makhluk yang memiliki akal dan pikiran yang membedakan dengan makhluk yang
lain, mereka saling melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya.
Terlebih dulu
kita harus mnegetahui diri kita sendiri itu seperti apa?, tujuan untuk hidup di
dunia ini untuk apa..?? apakah kita akan selalu mementingkan kehidupan duniawi
daripada akhirat..???
Dunia adalah
suatu tempat dimana berlangsungnya suatu kehidupan yang breaneka ragam, dunia
ini hanyalah kehidupan sementara bagi para makhluk, karena sesungguhnya dunia
itu panggung sandiwara.
Kehidupan di akhirat
adalah suatu kehidupan yang akan kekal dan abadi untuk selamanya, karena
akhirat adalah kehidupan dimana kehidupan dunia telah berakhir.
Orang yang lebih
memperhatikan dunianya dan juga keinginannya serta usaha dan kegiatannya itu
lebih besar dan lebih banyak daripada perhatian dan usahanya untuk kehidupan
akhiratnya kelak.
Andaikan surga
dan neraka tak pernah ada, apakah kita akan tetap mempercayai adanya kehidupan
akhirat, dan juga menyembah kepada Allah
Andaikata tiada
sesuatu di akhirat selain kelestarian dan keselamatan dari segala bencana dan
penyakit didalamnya, sesungguhnya itu sudah cukup untuk lebih didahulukan dan
diutamakan di atas dunia.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Ghazali, Kimia Kebahagian,(Bandung:Mizan
Anggota IKAPI,1979).
M. Makhruf ,Hasanain, Menuju
Kesempurnaan hidup,(Bandung:Mizan Anngota IKAPI,1985).
Http//Konsep Kehidupan
Akhirat_Aneka Resep Kehidupan.htm.
Naraqi- , Al-, Penghimpun
Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1985).
[1]
Al-Ghazali, Kimia Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1979) 9-10
[2]
Hasanain M Makhruf, Menuju Kesempurnaan hidup,(Bandung:Mizan Anngota
IKAPI,1985) 84-85
[3]
Al-Ghazali, Kimia Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1979) 39-47
[4]
Http//Konsep Kehidupan Akhirat_Aneka Resep Kehidupan.htm
[5]
Al-Naraqi, Penghimpun Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1985)
85-87
[6]
Al-Naraqi, Penghimpun Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1985)
88-89
[7]
Al-Naraqi, Penghimpun Kebahagian,(Bandung:Mizan Anggota IKAPI,1985)
92-93
[8]
Hasanain M Makhruf, Menuju Kesempurnaan hidup,(Bandung:Mizan Anngota
IKAPI,1985) 85-86
[9]
Hasanain M Makhruf, Menuju Kesempurnaan hidup,(Bandung:Mizan Anngota
IKAPI,1985) 107-109
[10]
Http//Konsep Kehidupan Akhirat_Aneka Resep Kehidupan.htm
[11]
Http//Konsep Kehidupan Akhirat_Aneka Resep Kehidupan.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar