Rabu, 30 April 2014

FIlsafat Ilmu


BAB  I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Ilmu pengetahuan itu indah, begitu pula agama. Ilmu pengetahuan memperindah akal dan pikiran. Agama memperindah jiwa dan perasaan. Ilmu pengetahuan dan agama sama-sama membuat manusia merasa nyaman. Ilmu pengetahuan melindungi manusia terhadap penyakit, dan musibah-musibah di dunia. Agama melindungi manusia terhadap keresahan, kesepian, rasa tidak aman dan pikiran yang picik. Ilmu pengetahuan mengharmoniskan dunia dengan manusia, agama menyelaraskan manusia dengan dirinya.[1]
Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam di tangan pemabuk yang kejam. Juga ibarat lampu di tangan pencuri, yang digunakan untuk membantu si pencuri mencuri barang yang berharga di tengah malam.
Dan agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai tujuan. Kalau tak ada ilmu pengetahuan, agama menjadi alat bagi orang-orang pandai yang munafik.[2]
B.   Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan Ilmu Pengetahuan dan Agama?
2.      Siapa sajakah tokoh-tokoh yang terdapat pada bidang tersebut
C.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui maksud dari Ilmu Pengetahuan dan Agama
2.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang mendeskripsikan tentang Ilmu Pengetahuan dan Agama.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Ilmu Pengetahuan
Istilah ilmu pengetahuan diambil dari bahasa Arab; “ alima, ya’lamu, ‘ilman” yang berarti mengerti atau memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris istilah ilmu berasal dari kata science, yang berasal dari bahasa Latin scienta dari bentuk kata kerja scire, yang berarti mempelajari dan mengetahui. Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[3]
Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari dalam.” 
J. Habarer  mendefinisikan “ Suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam masyarakat.”
The Liang Gie mendefinisikan “Ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai pokok soal atau subject matter. Dengan kata lain bahwa pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi substantif yang terkandung dalam ilmu.[4]

2.      Karakteristik Ilmu Pengetahuan

Menurut The Liang Gie (1987) ilmu pengetahuan mempunyai   5 ciri pokok yaitu :    
Ø  Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
Ø  Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
Ø  Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.
Ø  Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
Ø  Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.[5]

3.      Syarat-Syarat Ilmu Pengetahuan
C.A. Qadir (2002:20) memeberikan tiga hal pokok yang menjadi persyaratan ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut:
v  Pengakuan atas kenyataan bahwa setiap manusia, terlepas dari kasta, kepercayaan, jenis kelamin atau usia, mempunyai hak yang tidak dapat diganggu gugat atau dipersoalkan lagi untuk mencari ilmu.
v  Metode ilmiah itu tidak hanya pengamtan atau eksperimentasi, tetapi juga teori dan sistematisasi. Ilmu pengetahuan mengamati faktor-faktor, mengklasifikasikan, menunjukkan hubungan-hubungan, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menyusun teori.
v  Semua orang harus mengakui bahwa ilmu pegetahuan berguna dan berarti untuk individu maupun sosial. 

4.      Eksistensi Ilmu Pengetahuan
Pada pembahasan bagian ini akan diuraikan mengenai keberdaan ilmu pengetahuan agar identitasnya menjadi jelas. Adapun cara yang dipakai untik menjelaskan identitas ilmu pengetahuan tersebut dengn menyoroti empat poin penting tentang keberadaan ilmu pengetahuan tersebut, yaitu objek, metode, sistem, dan kebenaran.[6]
1.      Objek Ilmu Pengetahuan
Objek adalah sasaran pokok atau tujuan penyelidikan keilmuan, baik objek materiil maupun objek formal. Objek mateiil berupa benda-benda materiil maupun nonmateriil. Suatu objek yang materiil dan leih-lebih yang nonmateriil sebenarnya suatu substansi yang tidak begitu mudah untuk diketahui. Karena didalamnya terkandung segi-segi yang secara kuantitatif berganda (plural), berjenis-jenis, dan secara kualitatif  bertingkat-tingkat dari yang konkret sampai ke tingkat abstrak. Sebagai contoh ‘manusia’ sebagi objek materiil, secara kuantitatif meliputi banyak jenis menurut ras, suku bangsa,jenis kelamin, dan sebagainya. Secara kualitatif meliputi kepribadian,ciri khas, karakter dan individualitasnya yang selanjutnya menjadi kompleks dalam setiap perilaku hidupnya.
Sedangkan objek formal merupakan objek yang akan menjelaskan pentingnya arti, posisi dan fungsi objek didalam ilmu pengetahuan. Dengan objek formal ini akan ditentukan suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Selanjutnya,ia menentukan jenis ilmu pengetahuan yang tergolong bidang studi apa dan sifat ilmu pengetahuan yang tergoliong kuantitatif atau kualitatif.
Hal ini berarti bahwa dengan objek formal, ruang lingkup ilmu pengetahuan bisa ditettukan pula. Objek formal mempunyai kedudukan dan peran yang mutlak dalam menentukan suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan.
2.      Metode Ilmu Pengetahuan
Kata metode ini berasal dari bahasa Yunani, ‘methodos’ berarti ‘ jalan’, ‘cara’, ‘arah’. Metode dapat pula diartikan uraian ilmiah penelitian atau metode ilmiah. Dengan demikian, metode dapat pula diartikan cara bertindak menurut aturan tertentu dengan tujuan agar aktifitas dapat terlaksana secara rasional dan terarah supaya dapat hasil yang sebaik-baiknya.
Metode yang dimaksud disini adalah suatau cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar. Metode merupakan cara-cara penyelidikan yang bersifat keilmuan, yang sering disebut metode ilmiah. Metode ini perlu, agar tujuan keilmuan yang berupa kebenaran objektif dan dapat dibuktikan bisa tercapai. Dengan metode ilmiah, kedudukan pengetahuan berubah menjadi ilmu pengetahuan, yaitu menjadi lebih khusus dan terbatas lingkup studinya.
3.      Sistem Ilmu pengetahuan
Sistem berarti menujukkan adanasaling keterkaitan dan saling hubungan antara satu dan yang lainnya. Hal ini berarti bahwa pengetahuan yang terkandung didalamnya harus saling berhubungan antar satu dengan yang lainnya secara fungsional dalam satu sistem.
Adanya sistem bagi ilmu pengetahuan itu duperlukan agar jalannya penelitian lebih terarah dan konsisten dalam mencapai tujuannya, yaitu kebenaran ilmiah.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa fungsi sistem bagi ilmu pengetahuan adalah mutlak adanya. Suatau sistem berfungsi aktif, yaitu menggerakkan dan mengarahkan langkah-langkah yang telah ditentukan di dalam metode agar daya kerja metode itu konsisten, sehingga pencapaian tujuan kebenaran ilmiah lebih dapat terjamin.[7]
4.     Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya menurut norma-norma keilmuan. Kebemnaran ilmiah cenderung bersifat objektif, di dalamnya terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda-beda, tetapi saling bersesuaian.
Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan manusia (subjek yang mengetahui) mengenai objek. Jadi, kebenaran itu ada pada seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek. Sedangkan pengetahuan berasal mula dari banyak sumber. Sumber-sumber itu kemudian sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran.
5.      Pengertian Agama
Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengannya. Pokok persoalan yang dibahas dalam agama adalah eksistensi Tuhan, manusia, dan hubungan antara manusia  Tuhan.
Di tinjau dari segi objek-material-filsafat, agama adalah objek dalam dimensi metafisik dan fisik. Sedangkan ditinjau dari objek formalnya adalah sudut pandang yang menyeluruh, objektif, bebas dan radikukal tentang ajaran-ajaran pokoiap perilakuk agama..
Agama tidak dibahas secara parsial dan terpilah-pilah, tetapa mencakup semua pemikiran dan ajaran. Pembahasan mengenai Tuhan umpamnaya, tidak saja dikemukakan pendapat yang mendukung adanya Tuhan, tetapi pendapat yang meragukan-Nya, bahkan juga yang menolak-Nya.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa filsafat agama pada hakikatnya adalah pembahasan yang mendalam tentang ajaran dasar agama. 
6.      Pengertian Filsafat Agama
Istilah filsafat bersala dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata: philo dan sophia. Philo berarti cinta dalam arti luas, yakni keinginan dan shopia berarti hikmat (kebijakan) atau kebenaran. Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijakan atau kebenaran.[8]
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekannya. Bahkan Moh.Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya.[9]
Harun Nasution mengatakan, bahwa filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi dan agama) dan dengan sedalam- dlamnya, sehingga samapi ke dasar-dasarnya.[10]
Namun, dari sekian definisi terdapat persamaan yang cukup pokok dan sekaligus merupakan unsur-unsur dasar filsafat. Dari penjelasan definisi diatas , dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pokok dalam filsafat adalah pembahasan tentang realitas secara radikal, sistematis, bebas dn universal.
v  Persamaan Ilmu Pengetahuan dan Agama
1.        Ilmu dan agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
2.        Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.
3.        Keduanya  memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
4.        Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
5.        Keduanya mempunyai metode dan sistem.
6.        Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
.                                  Jadi  perpaduan ilmu pengetahuan dan agama dikonsepkan oleh Al Ghazali sebagai al ma’rifah. Al gazali menjelaskan bahwa jalan menuju ma’rifah sebagai kerinduan rohani untuk mengenal Tuhan dengan hati nurani melalui tingkat-tingkat ilmu pengetahuan. Al ma’rifah menjadi tingkat yang tertinggi di dalam pengetahuan dan kesadaran rohani manusia terhadap Tuhan.

v  Perbedaan Ilmu Pengtahuan dan Agama
1.      Gambaran umum
  1. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
  2. Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban tentang) berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci, kodifikasi firman ilahi untuk manusia
2.      Obyek material (lapangan)
  1. Ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris juga bersifat eksperimental. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
  2.  Agama dipraktekkan oleh orang yang beriman
3.      Obyek formal (sudut pandangan)
  1. Ilmu  pengetahuan bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
  2. Agama memberikan kejelasan tentang fenomena yang terjadi
5.      Isi yang dimuat
  1. Ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
  2. Agama, memperjelas tentang semua yang terjadi di alam ini bahwa semua itu adalah kehendak Tuhan yang sudah digariskan oleh Tuhan
6.      Hal yang ditunjukan
  1. Ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).
  2. Agama memberikan kejelasan tentang semua yang terjadi
7.      Sumber
  1. Ilmu bersumber pada kekuatan akal
  2. Agama bersumber pada wahyu.
8.      Sebab terjadinya
  1. Ilmu didahului oleh keingintahuan,
  2. Agama diawali oleh keyakinan dan keimanan
9.   Metode Pencapaian Kebenaran
  1. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia.
  2. Agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia ataupun tentang tuhan. 
Ilmu Pengetahuan dalam Persepektif Islam
AGAMA Islam bukanlah agama yang dianut secara turun-menurun. Kebenaran agama Islam diyakini karena sesuai dengan pertimbangan akal sehat. Misalnya, keyakinan tentang adanya Allah selain melalui keterangan dari ayat-ayat Alquran, juga dapat dilihat dari makhluk ciptaan-Nya yang beraneka ragam dan unik. Akal sehat meyakini, bahwa alam nyata ini tidak terjadi dengan sendirinya, tentu ada penciptakan, yakni Allah.
Allah menciptakan alam semesta ini untuk kesejahteraan umat manusia. Manusia disuruh untuk mengelola alam ini agar dapat dimanfaatkan guna keperluan hidup mereka. Untuk mengelola alam ini tentu saja diperlukan akal. Allah menyuruh manusia menggunakan akalnya.
Islam juga menghendaki umatnya untuk memiliki ilmu pengetahuan, baik ilmu pegetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Dalam pandangan Islam, ilmu itu tergolong suci. Ilmu merupakan barang yang sangat berharga bagi kehidupan seseorang, Ilmu itu bagaikan lampu atau cahaya. Bahwa tidak dapat seseorang berjalan di malam yang gelap, kecuali dengan lampu. Demikian pula halnya, tidak dapat seseorang membedakan yang baik dengan yang buruk, kecuali dengan ilmu.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, pada permulaan abad VII Masehi negeri yang terjauh yang terkenal di Arab adalah Cina tempat asal barang-barang mewah seperti kain sutra, porselin atau keramik. Ilmu itu amatlah luas. Jika dipelajari tidak pernah akan selesai. Selama bumi masih berpurtar, selam hayat di kandung badan, selama itu pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan. Islam tidak hanya cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus-menerus, melakukan belajar.
Manusia hidup di dunia perlu senantiasa menyesuaikan dengan alam, dan perkembangan zaman terus berkembang, maka manusia akan tertinggal oleh zaman, sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman. Ilmu dunia yang terlalu luas ini memungkinkan manusia tersesat. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan ilmu agama untuk memilih dan memilih mana yang baik dan yang benar, untuk mengetahui mana yang haram dan mana yang halal.
Untuk menjadikan kebudayaan yang islami maka jadikanlah Alquran dan Sunnah sebagai sumber atau dasar dalam menentukan status undang-undang dan hukum tindakan tersebut.
Ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengonseptulisasikan fenomena-fenomena alam dalam sebab-sebabnya, dalam uruan-urutan sebab akibat dan mencari asas-asas umum. Suluruh proses ilmu pengetahuandari 3000 tahun terakhir ke arah kepastian. Sebab-sebab simbolis atau mitologis makin lama makin di ganti oleh sebab-sebab yang pasti yang dapat di ferivikasikan. Dengan itu manusia menemukan tata tertib objektif dalam kosmos yang “pretictable” : kejadian yang akan datang dapat di hitungkan sebelumnya dan demikian di bimbing, dipergunakan atau dihalang-halangi menurut keperluan yang lebih mendesak. Allah menyuruh manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan, tidak hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu umum, seperti ilmu alam, ilmu pasti, ilmu-ilmu sosial dan budaya serta teknologi.
Firman Allah :
óOs9r& ts? ¨br& ©!$# tAtRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ ;NºtyJrO $¸ÿÎ=tFøƒC $pkçXºuqø9r& 4 z`ÏBur ÉA$t6Éfø9$# 7Šyã` ÖÙÎ/ ֍ôJãmur ì#Î=tFøƒC $pkçXºuqø9r& Ü=ŠÎ/#{xîur ׊qß ÇËÐÈ   šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# Å_U!#ur¤$!$#ur ÉO»yè÷RF{$#ur ì#Î=tFøƒèC ¼çmçRºuqø9r& šÏ9ºxx. 3 $yJ¯RÎ) Óy´øƒs ©!$# ô`ÏB ÍnÏŠ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$# 3 žcÎ) ©!$# îƒÍtã îqàÿxî ÇËÑÈ  
27. tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.
28. dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Faatir : 27-28)
Ilmu agama, seperti Ilmu tauhid, ilmu tafsir, ilmu hadits, serta ilmu akhlak mengantarkan manusia dapat memahami agama Islam dengan benar dan meyakininya, mengamalkannya dengan ikhlas, berakhlak mulia dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Dengan demikian, apabila di suatu masyarakat yang penduduknya memiliki pengetahuan agama yang baik, maka biasanya suasana pada masyarakat yang demikian itu aman dan tentram.
Ilmu pengetahuan umum yang berhubungan dengan masalah-masalah keduniaan juga manfaatnya bagi masyarakat tidak berbeda dengan manfaat ilmu agama, asalkan digunakan sejalan dengan tuntunan agama. Manusia dengan akalnya diberikan oleh Allah kemampuan untuk menyerap sejumlah ilmu pengetahuan, walaupun hanya sedikit saja dibandingkan dengan kesempurnaan ilmu Allah, akan tetapi tetap harus berpegang kepada kebenaran untuk mencari ridho Allah SWT.  
 
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ø  Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Ø  Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengannya.
Ø  Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam di tangan pemabuk yang kejam. Juga ibarat lampu di tangan pencuri, yang digunakan untuk membantu si pencuri mencuri barang yang berharga di tengah malam.
Ø  Agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai tujuan. Kalau tak ada ilmu pengetahuan, agama menjadi alat bagi orang-orang pandai yang munafik.[11]
Ø  Perbedaan Ilmu Pengtahuan dan Agama
  1. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
  2. Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban tentang) berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci, kodifikasi firman ilahi untuk manusia
Ø  Persamaan Ilmu Pengetahuan dan Agama
  1. Ilmu dan agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Murtadha , Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta : Pustaka Nasional Jakarta : Lentera 2006.
Studi Islam IAIN SUNAN AMPEL Surabaya, pengantar studi ISLAM. Surabaya 2005.
. Susanto, M.Pd , Drs. A., Filsafat Ilmu,(Jakarta: Bumi Aksara,2011),cet.2 Hlm. 76
Atmojo , Wihadi, et.al., Kamus bahasa Indonesia, (jakarta: Balai pustaka, 1998), Cet. 1. Hlm. 324
Mishbah Yazdi , Muhammad Taqi, Buku Daras Filsafat Islam, Judul dalam bahasa Inggris Philosophical Instructions: An Introduction to Contemporary Islamic Philosophy, Bandung, Mizan, 1999
Al-Qura’an surat Al-Faathir ayat 27-28




[1] Muthahhari Murtadha, Manusia dan Alam Semesta : Pustaka Nasional Jakarta : Lentera 2006.
[2] Studi Islam IAIN SUNAN AMPEL Surabaya, pengantar studi ISLAM. Surabaya 2005.
[3] Drs. A. Susanto, M.Pd., Filsafat Ilmu,(Jakarta: Bumi Aksara,2011),cet.2 Hlm. 76
[4] Wihadi Atmojo, et.al., Kamus bahasa Indonesia, (jakarta: Balai pustaka, 1998), Cet. 1. Hlm. 324

[5] Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Buku Daras Filsafat Islam, Judul dalam bahasa Inggris Philosophical Instructions: An Introduction to Contemporary Islamic Philosophy, Bandung, Mizan, 1999

[6] Drs. A. Susanto, M.Pd., Filsafat Ilmu,(Jakarta: Bumi Aksara,2011),cet.2 Hlm. 81

[7] Drs. A. Susanto, M.Pd., Filsafat Ilmu,(Jakarta: Bumi Aksara,2011),cet.2 Hlm. 83-85

[8] Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakary 1990), hlm. 8
[9] Ahmad Tafsir, op. Cit., hlm. 8.
[10] Harun Nasution, loc. Cit.
[11] Studi Islam IAIN SUNAN AMPEL Surabaya, pengantar studi ISLAM. Surabaya 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar