BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu
pengetahuan itu indah, begitu pula agama. Ilmu pengetahuan memperindah akal dan
pikiran. Agama memperindah jiwa dan perasaan. Ilmu pengetahuan dan agama
sama-sama membuat manusia merasa nyaman. Ilmu pengetahuan melindungi manusia
terhadap penyakit, dan musibah-musibah di dunia. Agama melindungi manusia
terhadap keresahan, kesepian, rasa tidak aman dan pikiran yang picik. Ilmu
pengetahuan mengharmoniskan dunia dengan manusia, agama menyelaraskan manusia
dengan dirinya.[1]
Ilmu
pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam di tangan pemabuk
yang kejam. Juga ibarat lampu di tangan pencuri, yang digunakan untuk membantu
si pencuri mencuri barang yang berharga di tengah malam.
Dan
agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan
tak dapat mencapai tujuan. Kalau tak ada ilmu pengetahuan, agama menjadi alat
bagi orang-orang pandai yang munafik.[2]
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang di maksud dengan Ilmu Pengetahuan dan Agama?
2. Siapa
sajakah tokoh-tokoh yang terdapat pada bidang tersebut
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui maksud dari Ilmu Pengetahuan dan Agama
2. Untuk
mengetahui tokoh-tokoh yang mendeskripsikan tentang Ilmu Pengetahuan dan Agama.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1. Ilmu Pengetahuan
Istilah
ilmu pengetahuan diambil dari bahasa Arab; “ alima, ya’lamu, ‘ilman” yang
berarti mengerti atau memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris istilah ilmu
berasal dari kata science, yang berasal dari bahasa Latin scienta dari
bentuk kata kerja scire, yang berarti mempelajari dan mengetahui. Ilmu
pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[3]
Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap ilmu
pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah
yang sama tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut
bangunannya dari dalam.”
J. Habarer mendefinisikan “ Suatu hasil
aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi
pranata dalam masyarakat.”
The Liang Gie
mendefinisikan “Ilmu
sebagai pengetahuan, artinya ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis, atau
sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai pokok soal atau subject matter.
Dengan kata lain bahwa pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi
substantif yang terkandung dalam ilmu.[4]
2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan
Menurut The
Liang Gie (1987) ilmu pengetahuan mempunyai 5 ciri pokok yaitu
:
Ø Empiris,
pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
Ø Sistematis,
berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu
mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
Ø Objektif,
ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan
pribadi.
Ø Analitis,
pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang
terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari
bagian-bagian itu.
Ø Verifikatif,
dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.[5]
3. Syarat-Syarat Ilmu Pengetahuan
C.A. Qadir (2002:20) memeberikan tiga hal pokok yang
menjadi persyaratan ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut:
v Pengakuan
atas kenyataan bahwa setiap manusia, terlepas dari kasta, kepercayaan, jenis
kelamin atau usia, mempunyai hak yang tidak dapat diganggu gugat atau
dipersoalkan lagi untuk mencari ilmu.
v Metode
ilmiah itu tidak hanya pengamtan atau eksperimentasi, tetapi juga teori dan
sistematisasi. Ilmu pengetahuan mengamati faktor-faktor, mengklasifikasikan,
menunjukkan hubungan-hubungan, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menyusun
teori.
v Semua orang
harus mengakui bahwa ilmu pegetahuan berguna dan berarti untuk individu maupun
sosial.
4. Eksistensi Ilmu Pengetahuan
Pada
pembahasan bagian ini akan diuraikan mengenai keberdaan ilmu pengetahuan agar
identitasnya menjadi jelas. Adapun cara yang dipakai untik menjelaskan
identitas ilmu pengetahuan tersebut dengn menyoroti empat poin penting tentang
keberadaan ilmu pengetahuan tersebut, yaitu objek, metode, sistem, dan
kebenaran.[6]
1. Objek
Ilmu Pengetahuan
Objek
adalah sasaran pokok atau tujuan penyelidikan keilmuan, baik objek materiil
maupun objek formal. Objek mateiil berupa benda-benda materiil maupun
nonmateriil. Suatu objek yang materiil dan leih-lebih yang nonmateriil
sebenarnya suatu substansi yang tidak begitu mudah untuk diketahui. Karena
didalamnya terkandung segi-segi yang secara kuantitatif berganda (plural),
berjenis-jenis, dan secara kualitatif
bertingkat-tingkat dari yang konkret sampai ke tingkat abstrak. Sebagai contoh ‘manusia’ sebagi objek materiil, secara
kuantitatif meliputi banyak jenis menurut ras, suku bangsa,jenis kelamin, dan
sebagainya. Secara kualitatif meliputi kepribadian,ciri khas, karakter dan
individualitasnya yang selanjutnya menjadi kompleks dalam setiap perilaku
hidupnya.
Sedangkan
objek formal merupakan objek yang akan menjelaskan pentingnya arti, posisi dan
fungsi objek didalam ilmu pengetahuan. Dengan objek formal ini akan ditentukan
suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Selanjutnya,ia menentukan jenis
ilmu pengetahuan yang tergolong bidang studi apa dan sifat ilmu pengetahuan
yang tergoliong kuantitatif atau kualitatif.
Hal
ini berarti bahwa dengan objek formal, ruang lingkup ilmu pengetahuan bisa
ditettukan pula. Objek formal mempunyai kedudukan dan peran yang mutlak dalam
menentukan suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan.
2. Metode
Ilmu Pengetahuan
Kata
metode ini berasal dari bahasa Yunani, ‘methodos’ berarti ‘ jalan’, ‘cara’,
‘arah’. Metode dapat pula diartikan uraian ilmiah penelitian atau metode
ilmiah. Dengan demikian, metode dapat pula diartikan cara bertindak menurut
aturan tertentu dengan tujuan agar aktifitas dapat terlaksana secara rasional
dan terarah supaya dapat hasil yang sebaik-baiknya.
Metode
yang dimaksud disini adalah suatau cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang
benar. Metode merupakan cara-cara penyelidikan yang bersifat keilmuan, yang
sering disebut metode ilmiah. Metode ini perlu, agar tujuan keilmuan yang
berupa kebenaran objektif dan dapat dibuktikan bisa tercapai. Dengan metode
ilmiah, kedudukan pengetahuan berubah menjadi ilmu pengetahuan, yaitu menjadi
lebih khusus dan terbatas lingkup studinya.
3. Sistem
Ilmu pengetahuan
Sistem
berarti menujukkan adanasaling keterkaitan dan saling hubungan antara satu dan
yang lainnya. Hal ini berarti bahwa pengetahuan yang terkandung didalamnya
harus saling berhubungan antar satu dengan yang lainnya secara fungsional dalam
satu sistem.
Adanya sistem bagi ilmu pengetahuan itu
duperlukan agar jalannya penelitian lebih terarah dan konsisten dalam mencapai
tujuannya, yaitu kebenaran ilmiah.
Dengan
demikian, dapatlah dikatakan bahwa fungsi sistem bagi ilmu pengetahuan adalah
mutlak adanya. Suatau sistem berfungsi aktif, yaitu menggerakkan dan
mengarahkan langkah-langkah yang telah ditentukan di dalam metode agar daya
kerja metode itu konsisten, sehingga pencapaian tujuan kebenaran ilmiah lebih
dapat terjamin.[7]
4. Kebenaran
Ilmiah
Kebenaran
ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya
menurut norma-norma keilmuan. Kebemnaran ilmiah cenderung bersifat objektif, di
dalamnya terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang
berbeda-beda, tetapi saling bersesuaian.
Adanya
kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan manusia (subjek yang
mengetahui) mengenai objek. Jadi, kebenaran itu ada pada seberapa jauh subjek
mempunyai pengetahuan mengenai objek. Sedangkan pengetahuan berasal mula dari
banyak sumber. Sumber-sumber itu kemudian sekaligus berfungsi sebagai ukuran
kebenaran.
5. Pengertian Agama
Agama
adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok
manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengannya. Pokok persoalan yang
dibahas dalam agama adalah eksistensi Tuhan, manusia, dan hubungan antara
manusia Tuhan.
Di
tinjau dari segi objek-material-filsafat, agama adalah objek dalam dimensi
metafisik dan fisik. Sedangkan ditinjau dari objek formalnya adalah sudut
pandang yang menyeluruh, objektif, bebas dan radikukal tentang ajaran-ajaran
pokoiap perilakuk agama..
Agama
tidak dibahas secara parsial dan terpilah-pilah, tetapa mencakup semua
pemikiran dan ajaran. Pembahasan mengenai Tuhan umpamnaya, tidak saja
dikemukakan pendapat yang mendukung adanya Tuhan, tetapi pendapat yang
meragukan-Nya, bahkan juga yang menolak-Nya.
Dengan
demikian, bisa dikatakan bahwa filsafat agama pada hakikatnya adalah pembahasan
yang mendalam tentang ajaran dasar agama.
6. Pengertian Filsafat Agama
Istilah
filsafat bersala dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata: philo dan
sophia. Philo berarti cinta dalam arti luas, yakni keinginan dan shopia berarti
hikmat (kebijakan) atau kebenaran. Jadi secara etimologi, filsafat berarti
cinta kebijakan atau kebenaran.[8]
Pengertian
filsafat secara terminologi sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik
tekannya. Bahkan Moh.Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat
tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam
definisinya.[9]
Harun
Nasution mengatakan, bahwa filsafat adalah berfikir menurut tata tertib
(logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi dan agama) dan dengan
sedalam- dlamnya, sehingga samapi ke dasar-dasarnya.[10]
Namun,
dari sekian definisi terdapat persamaan yang cukup pokok dan sekaligus
merupakan unsur-unsur dasar filsafat. Dari penjelasan definisi diatas , dapat
disimpulkan bahwa unsur-unsur pokok dalam filsafat adalah pembahasan tentang
realitas secara radikal, sistematis, bebas dn universal.
v Persamaan Ilmu Pengetahuan dan Agama
1.
Ilmu dan
agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal yang sama,
yaitu kebenaran.
2.
Keduanya
mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya
sampai ke-akar-akarnya.
3.
Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau
koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba
menunjukkan sebab-akibatnya.
4.
Keduanya
hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
5.
Keduanya
mempunyai metode dan sistem.
6.
Keduanya
hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
. Jadi perpaduan ilmu pengetahuan dan agama
dikonsepkan oleh Al Ghazali sebagai al ma’rifah. Al gazali menjelaskan bahwa
jalan menuju ma’rifah sebagai kerinduan rohani untuk mengenal Tuhan dengan hati
nurani melalui tingkat-tingkat ilmu pengetahuan. Al ma’rifah menjadi tingkat
yang tertinggi di dalam pengetahuan dan kesadaran rohani manusia terhadap
Tuhan.
v Perbedaan Ilmu Pengtahuan dan Agama
1. Gambaran
umum
- Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
- Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban tentang) berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci, kodifikasi firman ilahi untuk manusia
2. Obyek
material (lapangan)
- Ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris juga bersifat eksperimental. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
- Agama dipraktekkan oleh orang yang beriman
3. Obyek formal
(sudut pandangan)
- Ilmu pengetahuan bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
- Agama memberikan kejelasan tentang fenomena yang terjadi
5. Isi yang
dimuat
- Ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
- Agama, memperjelas tentang semua yang terjadi di alam ini bahwa semua itu adalah kehendak Tuhan yang sudah digariskan oleh Tuhan
6. Hal yang
ditunjukan
- Ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).
- Agama memberikan kejelasan tentang semua yang terjadi
7. Sumber
- Ilmu bersumber pada kekuatan akal
- Agama bersumber pada wahyu.
8. Sebab
terjadinya
- Ilmu didahului oleh keingintahuan,
- Agama diawali oleh keyakinan dan keimanan
9. Metode
Pencapaian Kebenaran
- Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia.
- Agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia ataupun tentang tuhan.
Ilmu Pengetahuan dalam
Persepektif Islam
AGAMA Islam bukanlah agama yang
dianut secara turun-menurun. Kebenaran agama Islam diyakini karena sesuai
dengan pertimbangan akal sehat. Misalnya, keyakinan tentang adanya Allah selain
melalui keterangan dari ayat-ayat Alquran, juga dapat dilihat dari makhluk
ciptaan-Nya yang beraneka ragam dan unik. Akal sehat meyakini, bahwa alam nyata
ini tidak terjadi dengan sendirinya, tentu ada penciptakan, yakni Allah.
Allah menciptakan alam semesta ini
untuk kesejahteraan umat manusia. Manusia disuruh untuk mengelola alam ini agar
dapat dimanfaatkan guna keperluan hidup mereka. Untuk mengelola alam ini tentu
saja diperlukan akal. Allah menyuruh manusia menggunakan akalnya.
Islam juga menghendaki umatnya untuk
memiliki ilmu pengetahuan, baik ilmu pegetahuan agama maupun ilmu pengetahuan
umum. Dalam pandangan Islam, ilmu itu tergolong suci. Ilmu merupakan barang
yang sangat berharga bagi kehidupan seseorang, Ilmu itu bagaikan lampu atau
cahaya. Bahwa tidak dapat seseorang berjalan di malam yang gelap, kecuali
dengan lampu. Demikian pula halnya, tidak dapat seseorang membedakan yang baik
dengan yang buruk, kecuali dengan ilmu.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, pada
permulaan abad VII Masehi negeri yang terjauh yang terkenal di Arab adalah Cina
tempat asal barang-barang mewah seperti kain sutra, porselin atau keramik. Ilmu
itu amatlah luas. Jika dipelajari tidak pernah akan selesai. Selama bumi masih
berpurtar, selam hayat di kandung badan, selama itu pula manusia memerlukan
ilmu pengetahuan. Islam tidak hanya cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi
menghendaki agar seseorang itu terus-menerus, melakukan belajar.
Manusia hidup di dunia perlu
senantiasa menyesuaikan dengan alam, dan perkembangan zaman terus berkembang,
maka manusia akan tertinggal oleh zaman, sehingga tidak dapat hidup layak
sesuai dengan tuntutan zaman. Ilmu dunia yang terlalu luas ini memungkinkan
manusia tersesat. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan ilmu agama untuk
memilih dan memilih mana yang baik dan yang benar, untuk mengetahui mana yang
haram dan mana yang halal.
Untuk menjadikan kebudayaan yang
islami maka jadikanlah Alquran dan Sunnah sebagai sumber atau dasar dalam
menentukan status undang-undang dan hukum tindakan tersebut.
Ilmu pengetahuan bertujuan untuk
mengonseptulisasikan fenomena-fenomena alam dalam sebab-sebabnya, dalam
uruan-urutan sebab akibat dan mencari asas-asas umum. Suluruh proses ilmu
pengetahuandari 3000 tahun terakhir ke arah kepastian. Sebab-sebab simbolis
atau mitologis makin lama makin di ganti oleh sebab-sebab yang pasti yang dapat
di ferivikasikan. Dengan itu manusia menemukan tata tertib objektif dalam
kosmos yang “pretictable” : kejadian yang akan datang dapat di hitungkan
sebelumnya dan demikian di bimbing, dipergunakan atau dihalang-halangi menurut
keperluan yang lebih mendesak. Allah menyuruh manusia untuk menuntut ilmu
pengetahuan, tidak hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu umum, seperti ilmu alam,
ilmu pasti, ilmu-ilmu sosial dan budaya serta teknologi.
Firman Allah :
óOs9r&
ts?
¨br&
©!$#
tAtRr&
z`ÏB
Ïä!$yJ¡¡9$#
[ä!$tB
$oYô_t÷zr'sù
¾ÏmÎ/
;NºtyJrO
$¸ÿÎ=tFøC
$pkçXºuqø9r&
4
z`ÏBur
ÉA$t6Éfø9$#
7yã`
ÖÙÎ/
ÖôJãmur
ì#Î=tFøC
$pkçXºuqø9r&
Ü=Î/#{xîur
×qß
ÇËÐÈ ÆÏBur
Ĩ$¨Z9$#
Å_U!#ur¤$!$#ur
ÉO»yè÷RF{$#ur
ì#Î=tFøèC
¼çmçRºuqø9r&
Ï9ºxx.
3
$yJ¯RÎ)
Óy´øs
©!$#
ô`ÏB
ÍnÏ$t6Ïã
(#às¯»yJn=ãèø9$#
3
cÎ)
©!$#
îÍtã
îqàÿxî
ÇËÑÈ
27. tidakkah kamu melihat
bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan
itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu
ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula)
yang hitam pekat.
28. dan demikian
(pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak
ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.
Dan demikian (pula) di antara
manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi
Maha Pengampun. (Al-Faatir : 27-28)
Ilmu agama, seperti Ilmu tauhid,
ilmu tafsir, ilmu hadits, serta ilmu akhlak mengantarkan manusia dapat memahami
agama Islam dengan benar dan meyakininya, mengamalkannya dengan ikhlas,
berakhlak mulia dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Dengan demikian, apabila
di suatu masyarakat yang penduduknya memiliki pengetahuan agama yang baik, maka
biasanya suasana pada masyarakat yang demikian itu aman dan tentram.
Ilmu pengetahuan umum yang
berhubungan dengan masalah-masalah keduniaan juga manfaatnya bagi masyarakat
tidak berbeda dengan manfaat ilmu agama, asalkan digunakan sejalan dengan
tuntunan agama. Manusia dengan akalnya diberikan oleh Allah kemampuan untuk
menyerap sejumlah ilmu pengetahuan, walaupun hanya sedikit saja dibandingkan
dengan kesempurnaan ilmu Allah, akan tetapi tetap harus berpegang kepada
kebenaran untuk mencari ridho Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ø Ilmu
pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Ø Agama
adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok
manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengannya.
Ø Ilmu
pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam di tangan pemabuk
yang kejam. Juga ibarat lampu di tangan pencuri, yang digunakan untuk membantu
si pencuri mencuri barang yang berharga di tengah malam.
Ø Agama
tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak
dapat mencapai tujuan. Kalau tak ada ilmu pengetahuan, agama menjadi alat bagi
orang-orang pandai yang munafik.[11]
Ø Perbedaan Ilmu Pengtahuan dan Agama
- Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
- Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban tentang) berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci, kodifikasi firman ilahi untuk manusia
Ø Persamaan Ilmu Pengetahuan dan Agama
- Ilmu dan agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Murtadha
, Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta
: Pustaka Nasional Jakarta : Lentera 2006.
Studi
Islam IAIN SUNAN AMPEL Surabaya, pengantar
studi ISLAM. Surabaya 2005.
.
Susanto, M.Pd , Drs. A., Filsafat Ilmu,(Jakarta: Bumi Aksara,2011),cet.2
Hlm. 76
Atmojo
, Wihadi, et.al., Kamus bahasa Indonesia, (jakarta: Balai pustaka,
1998), Cet. 1. Hlm. 324
Mishbah Yazdi , Muhammad Taqi, Buku Daras Filsafat
Islam, Judul dalam bahasa Inggris Philosophical Instructions: An Introduction
to Contemporary Islamic Philosophy, Bandung, Mizan, 1999
Al-Qura’an surat Al-Faathir ayat 27-28
[1] Muthahhari Murtadha, Manusia dan Alam Semesta : Pustaka
Nasional Jakarta : Lentera 2006.
[2] Studi Islam IAIN SUNAN AMPEL
Surabaya, pengantar studi ISLAM.
Surabaya 2005.
[3]
Drs. A. Susanto, M.Pd., Filsafat Ilmu,(Jakarta: Bumi Aksara,2011),cet.2
Hlm. 76
[4] Wihadi Atmojo, et.al., Kamus
bahasa Indonesia, (jakarta: Balai pustaka, 1998), Cet. 1. Hlm. 324
[5]
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Buku Daras Filsafat
Islam, Judul dalam bahasa Inggris Philosophical Instructions: An Introduction
to Contemporary Islamic Philosophy, Bandung, Mizan, 1999
[6]
Drs. A. Susanto, M.Pd., Filsafat Ilmu,(Jakarta: Bumi Aksara,2011),cet.2
Hlm. 81
[7]
Drs. A. Susanto, M.Pd., Filsafat Ilmu,(Jakarta: Bumi Aksara,2011),cet.2
Hlm. 83-85
[8]
Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakary 1990),
hlm. 8
[9]
Ahmad Tafsir, op. Cit., hlm. 8.
[10]
Harun Nasution, loc. Cit.
[11] Studi Islam IAIN SUNAN AMPEL
Surabaya, pengantar studi ISLAM.
Surabaya 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar