Rabu, 30 April 2014

Pengertian Humanistik


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Teori Humanistik di pelopori oleh Abraham Maslow yang juga dianggap sabagai bapak teori ini. Teori Humanistik merupakan salah satu yang terbesar dari teori-teori mengenai tingkah laku manusia.
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 april 1908. Maslow melihat seabagi sesuatu yang berintegerasi dan penusun Keseluruhan. Teori Maslow ini ada yang berkaitan dengan personaliti, dan menitikberatkan beberapa andaian yang berkaitan dengan motivasi.[1]
Personaliti yang dibincangkan oleh Abraham Maslow lebih pada keperluan individu. Maslow sering mengajukan perkembangan personaliti dengan motivasi. Motivasi lahir dari keperluan yang diperoleh oleh setiap individu.
Maslow berpendapat sebilangan keperluan dalaman yang menggerak serta mengarahkan perlakuan yang dipamerkan oleh individu. Keperluan yang ditunjukkan oleh Abraham maslow boleh dilihat dalam bentuk hieraki.
2.      Rumusan Masalah
1.      Apakah  Teori belajar humanistik ?
2.      Apakah Ajaran dan Teori Humanistik ?
3.      Apakah Hierarki Kebutuhan yang ada dalam humanistik ?
3.      Tujuan
1.      Untuk Mengetahui teori belajar humanistik.
2.      Untuk Mengetahui Ajaran dan Teori Humanistik
3.      Untuk Mengetahui Kebutuhan yang ada dalam humanistik.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Awal timbulnya Psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologi yang berjasa dalam perkembangan ini,. Gerakan ini kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensi ceptual atau fenomenologikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku, bukan dari pengamat.[2]
2.      Pengertian Humanisme
Konsep dari teori Humanisme ini bersumber dari salah satu aliran filsafat modern eksistensialisme. Aliran ini menolak paham yang menyatakan bahwa manusia hanya semata hasil bawaan atau lingkungan sepenuhnya.
Sebaliknya ,aliran ini menyatakan bahwa setiap individu memiliki kebebasan  untuk memilih , menentukan tindakannya dan nasibnya sebagai konsekuensi  atas eksistensinya. Namun bagaimanapun, kebebasan untuk memilih itu tidak bisa diartikan dan tak bisa menjamin bahwa setiap individu itu dapat menentukan pilihan dan berbuat yang terbaik. Karena jika demikian, manusia tidak akan mengalami keputusasaan, kesengsaraan, serta penderitaan-penderitaan lain dalam hidupnya.
Yang menjadi persoalan utama dari aliran ini adalah bagaimana individu itu dapat mengungkapkan segala potensi yang dimilikinya sehingga ia dapat memperoleh kehidupan yang sejati. Agaknya, pandangan aliran ini mengenai kebebasan individu dalam tindakanya menjadi daya tarik tersendiri bagi para ahli kepribaian humanistik. Mereka menekankan bahwa individu adalah sebagai penentu tingkah laku dan pengalamnnya sendiri. Bagi para tokoh kepribadian ini, pengalaman subjektif itu lebih diutamakan daripada tingkah laku yang tampak pada individu.
Konsep selanjutnya dari teori humanisme yaitu konsep kemenjadian (becoming), konsep yang juga bersumber dari aliran eksistensialisme. Dalam konsep ini, manusia itu terus bergerak dan berproses menuju perubahan utuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya. Tetapi perubahan ini dapat terjadi apabila lingkungan memungkinkan. Kesulitan ini  terutama disebabkan adanya perubahan dan hambatan yang bersifat kultural.

3.      Ajaran dan dasar teori humanistik
a)      Individu sebagai satu kesatuan dan bersifat menyeluruh
Maslow menganut prinsip holistik, yaitu sebuah prinsip yang mayakini suatu fenomena atau gejala itu hanya bisa dipelajari jika bersifat menyeuruh dan bersifat integral. Untuk itulah, teori kepribadian humanistik mengemukakan bahwa manusia atau individu itu harus dipelajari dengan dan cara menyeluruh, bukan memisahkannya menjadi beberapa elemen.
Maka dalam teorinya, Maslow menyatakan bahwa motivasi itu mempengaruhi individu secara keseluruhan, bukan hanya bagian-bagian tertentu saja. Contohnya : Semisal kita lapar, yang menyebabkan dorongan (motivasi) itu bukan hanya perut , melainkan diri kita (manusia). Makanan memuaskan kita, bukan perut kita
b)      Ketidak relevanan Penyelidikan dengan Hewan
Pada dasarnya, ajaran dalam teori ini menentang teori behaviorisme yang menyelidiki tingkah laku hewan untuk mengetahui tingkah laku manusia. Maslow mengingatkan bahwaada perbedaan yang mendasar antara manusia dengan hewan, karena manusia lebih dari sekedar hewan. Ketidakrelevanan ini disebabkan karena dapat mengabaikan ciri khas yang melekat pada manusia seperti nilai-nilai, gagasan, ide yang kesemuanya itu yang dapat menciptakan suatu yang baru.’
Ajaran ini didukung oleh fakta dengan tidak adanya ahli kepribadian tikus, kucing, atau yang lain, yang ada hanyalah ahli kepribadian manusia. Hanya manusialah yang dapatdijadikan subjek untuk memahami tingkah laku manusia, bukan hewan ataupun sesuatu yang lain.
c)      Pembawaan Baik Manusia
Ajaran lain dari teori ini menyatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik. Adapun kejahatan atau keburukan yang ada dalam diri manusia itu disebabkan karena pengaruh lingkungan yang buruk, bukan bawaan.
d)     Potensi kreatif manusia
Kretifitas merupakan ajaran yang penting dalam teori kepribadian humanistik. Potensi kreatif adalah potensi umum yag dapat dimiliki setiap individu. Maslow yakin bahwa orang yang memiliki kesempatan dan berada dalam lingkungan yang memungkinkan akan dapat mengungkapkan segenap potensinya dan kreatifitasnya.
Untuk menjadi kreatif, tidak perlu memiliki bakat atau kemampuan khusus. Bagi maslow, kreatifitas adalah bagaimana seseorang itu mampu mengekspresikan dirinya untuk menjadi apa yang dia inginkan.
4.      Teori kebutuhan bertingkat / Hierarki Kebutuhan
a.       Kebutuhan fisiologis
Adalah sekumpulan kebutuhan-kebutuhan dasar yang paling penting untuk segera dipenuhi karena terkait dengan kelangsungan hidup manusia seperti, makanan, udara, air dan yang lain. Jika kebutuhan ini belum terpenuhi, maka individu tidak akan tergerak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan diatasnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, Maslow yakin ini semua adalah kebutuhan-kebutuhan individual. Kalau anda kekurangan vitamin C, misalnya, anda akan sangat menginginkan bahan makanan yang mengandung vitamin C.
b.      Kebutuhan rasa aman
Setelah keperluan ini dicapai, manusia akan mencari keselamatan hidup, kestabilan kerja, jagaan masyarakat, undang – undang serta membebaskan diri daripada ancaman luar maupun dalam. Anda akan semakin ingin meenemukan situasi dan kondisi yang aman, stabil dan trlindung. Tahap keselamatan ini amat diperlukan bagi menjamin kesejahteraan hidup.
c.       Kebutuhan kasih sayang
Dalam memenuhkan kepenuhan kasih sayang pula, manusia perlukan hubungan dengan insan lain, kita semua pada asasnya ialah hewan yang bersosial. Kebutuhan ini dapat diekspresikan dalam berbagai cara, seperti: persahabatab, percintaan, atau pergaulan yang lebih luas. Melalui kebutuhan ini seseorang mencari pengakuan, dan curahan kasih sayang dari orang lain, baik dari orang tua, saudara, guru, pimpinan, teman, atau yang lainnya.
d.      Kebutuhan penghargaan diri
Maslow mengatakan bahwa ada dua bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini: Bentuk yang lemah dan yang kuat. Bentuk yang lemah adalah kebutuhan kita untuk diharagai prang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasai bahkan dominasi.
Sementara yang kuat adalah kebutuhan kita untuk percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi dan kebebasan. Bentuk kedua ini lebih kuat karena sekali didapati kita tidak mudah melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain. Bentuk negatif dari kebuthan harga diri ini adalah rendah diri dan kompleks inferioritas.[3]
e.       Kebutuhan kognitif
Secara alamiah manusia memiliki hasrta ingin tahu ( memperoleh pengetahuan, atau pemahaman tentang sesuatu). Hasrat ini mulai berkembang sejak akhir usia bayi dan awal masa anak, yang diekspresikan sebagai rasa ingin tahunya dalam bentuk pengajuan pertanyaan tentang berbagai hal, baik diri maupun lingkungannya. Rasa ingin tahu ini biasanya terhambat perkembangan oleh lingkungan, baik keluarga maupun sekolah. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan menghambat pencapaian perkembangan kepribadian secara penuh.
f.       Kebutuhan Estetika
Kebutuhan estetik merupakan ciri orang yang sehat mentalnya. Melalui kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam bidang seni (lukis, rupa, paung, dan grafis), arsitektur, tata busana, dan tata rias.
g.      Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini punxcak dari hierarki kebutuhan manusia yaitu perkembangan atau perwujudan potensi dan kapasitas secara penuh. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi segala sesuatu yang dia mampu untuk menjadi itu.
Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri ini tidak memerlukan penyeimbangan atau homeostasis. Sekali diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan ini memang akan meningkat kalu kita menebarnya. Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat untuk terus-menerus mewujudkan potensi-potensi diri, keinginan untuk menjadi apa yang anda bisa. Kebutuhan ini lebih merupakan persoalan menjadi yang sempurna, menjadi anda yang sebenarnya.[4]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Aliran Humanistik menolak paham yang menyebutkan bahwa manusia adalah hasil dari bawaan hewan.
2.      Humanistik mengajarkan manusia untuk berfikir secara objektif.
3.      Mengajarkan manusia untuk selalu mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu, agar menjadi kreatif.
4.      Dalam humanistik terdapat kebutuhan yang perlu diraih oleh manusia agar menjadi dirinya sendiri, dan kebutuhan tersebut dibagi menjadi tujuh :
Ø  Kebutuhan Fisiologis
Ø  Kebutuhan Rasa Aman
Ø  Kebutuhan kasih sayang
Ø  Kebutuhan Penghargaan diri
Ø  Kebutuhan Kognitif
Ø  Kebutuhan estetika
Ø  Kebutuhan Aktualisasi diri
 

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Boeree, C. George, 2006, Personality Theories, cet. IV. Jogyakarta: Prismashopie.
Prof. Dr. Yusuf  LN, M.P.d., Syamsu, 2008. Teori Kebribadian, cet, 2. Bandung: PT. Remaja Posdakarya.
Drs. Soemanto, Wasty, M.Pd., 1998, Psikologi Pendidikan, cet. IV. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


[1] Dr. C. George Boeree, Personality Theories, (Jogjakarta: PRISMASHOPIE,2006), hlm. 276.
[2] Drs. Wasty Soemanto, M.Pd., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,1998), hlm. 136.
[3] Prof. Dr. Syamsu yusuf LN, M.Pd.,Teori kepribadian, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2008), hlm. 157-160.
[4] Dr. C. George Boeree, Personality Theories, (Jogyakarta:Prismashopie,2006), hlm.284.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar