BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Teori Humanistik di pelopori oleh Abraham Maslow
yang juga dianggap sabagai bapak teori ini. Teori Humanistik merupakan salah
satu yang terbesar dari teori-teori mengenai tingkah laku manusia.
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York,
pada tanggal 1 april 1908. Maslow melihat seabagi sesuatu yang berintegerasi
dan penusun Keseluruhan. Teori Maslow ini ada yang berkaitan dengan
personaliti, dan menitikberatkan beberapa andaian yang berkaitan dengan
motivasi.[1]
Personaliti yang dibincangkan oleh Abraham Maslow
lebih pada keperluan individu. Maslow sering mengajukan perkembangan
personaliti dengan motivasi. Motivasi lahir dari keperluan yang diperoleh oleh
setiap individu.
Maslow berpendapat sebilangan keperluan dalaman yang
menggerak serta mengarahkan perlakuan yang dipamerkan oleh individu. Keperluan
yang ditunjukkan oleh Abraham maslow boleh dilihat dalam bentuk hieraki.
2. Rumusan Masalah
1. Apakah Teori belajar humanistik ?
2. Apakah
Ajaran dan Teori Humanistik ?
3. Apakah
Hierarki Kebutuhan yang ada dalam humanistik ?
3. Tujuan
1.
Untuk Mengetahui
teori belajar humanistik.
2.
Untuk Mengetahui
Ajaran dan Teori Humanistik
3.
Untuk Mengetahui
Kebutuhan yang ada dalam humanistik.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Awal
timbulnya Psikologi Humanistik
Pada akhir tahun
1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat
dalam penerapan psikologi yang berjasa dalam perkembangan ini,. Gerakan ini
kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensi ceptual atau
fenomenologikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari
sudut si pelaku, bukan dari pengamat.[2]
2. Pengertian Humanisme
Konsep dari
teori Humanisme ini bersumber dari salah satu aliran filsafat modern
eksistensialisme. Aliran ini menolak paham yang menyatakan bahwa manusia hanya
semata hasil bawaan atau lingkungan sepenuhnya.
Sebaliknya
,aliran ini menyatakan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih , menentukan tindakannya dan
nasibnya sebagai konsekuensi atas eksistensinya.
Namun bagaimanapun, kebebasan untuk memilih itu tidak bisa diartikan dan tak
bisa menjamin bahwa setiap individu itu dapat menentukan pilihan dan berbuat
yang terbaik. Karena jika demikian, manusia tidak akan mengalami keputusasaan,
kesengsaraan, serta penderitaan-penderitaan lain dalam hidupnya.
Yang
menjadi persoalan utama dari aliran ini adalah bagaimana individu itu dapat
mengungkapkan segala potensi yang dimilikinya sehingga ia dapat memperoleh
kehidupan yang sejati. Agaknya, pandangan aliran ini mengenai kebebasan individu
dalam tindakanya menjadi daya tarik tersendiri bagi para ahli kepribaian
humanistik. Mereka menekankan bahwa individu adalah sebagai penentu tingkah
laku dan pengalamnnya sendiri. Bagi para tokoh kepribadian ini, pengalaman
subjektif itu lebih diutamakan daripada tingkah laku yang tampak pada individu.
Konsep
selanjutnya dari teori humanisme yaitu konsep kemenjadian (becoming), konsep
yang juga bersumber dari aliran eksistensialisme. Dalam konsep ini, manusia itu
terus bergerak dan berproses menuju perubahan utuk menjadi sesuatu yang lain
dari sebelumnya. Tetapi perubahan ini dapat terjadi apabila lingkungan
memungkinkan. Kesulitan ini terutama
disebabkan adanya perubahan dan hambatan yang bersifat kultural.
3. Ajaran dan dasar teori humanistik
a) Individu
sebagai satu kesatuan dan bersifat menyeluruh
Maslow
menganut prinsip holistik, yaitu sebuah prinsip yang mayakini suatu fenomena
atau gejala itu hanya bisa dipelajari jika bersifat menyeuruh dan bersifat
integral. Untuk itulah, teori kepribadian humanistik mengemukakan bahwa manusia
atau individu itu harus dipelajari dengan dan cara menyeluruh, bukan
memisahkannya menjadi beberapa elemen.
Maka
dalam teorinya, Maslow menyatakan bahwa motivasi itu mempengaruhi individu
secara keseluruhan, bukan hanya bagian-bagian tertentu saja. Contohnya :
Semisal kita lapar, yang menyebabkan dorongan (motivasi) itu bukan hanya perut
, melainkan diri kita (manusia). Makanan memuaskan kita, bukan perut kita
b) Ketidak
relevanan Penyelidikan dengan Hewan
Pada
dasarnya, ajaran dalam teori ini menentang teori behaviorisme yang menyelidiki
tingkah laku hewan untuk mengetahui tingkah laku manusia. Maslow mengingatkan
bahwaada perbedaan yang mendasar antara manusia dengan hewan, karena manusia
lebih dari sekedar hewan. Ketidakrelevanan ini disebabkan karena dapat
mengabaikan ciri khas yang melekat pada manusia seperti nilai-nilai, gagasan,
ide yang kesemuanya itu yang dapat menciptakan suatu yang baru.’
Ajaran
ini didukung oleh fakta dengan tidak adanya ahli kepribadian tikus, kucing,
atau yang lain, yang ada hanyalah ahli kepribadian manusia. Hanya manusialah
yang dapatdijadikan subjek untuk memahami tingkah laku manusia, bukan hewan
ataupun sesuatu yang lain.
c) Pembawaan
Baik Manusia
Ajaran
lain dari teori ini menyatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik. Adapun
kejahatan atau keburukan yang ada dalam diri manusia itu disebabkan karena
pengaruh lingkungan yang buruk, bukan bawaan.
d) Potensi
kreatif manusia
Kretifitas
merupakan ajaran yang penting dalam teori kepribadian humanistik. Potensi
kreatif adalah potensi umum yag dapat dimiliki setiap individu. Maslow yakin
bahwa orang yang memiliki kesempatan dan berada dalam lingkungan yang
memungkinkan akan dapat mengungkapkan segenap potensinya dan kreatifitasnya.
Untuk
menjadi kreatif, tidak perlu memiliki bakat atau kemampuan khusus. Bagi maslow,
kreatifitas adalah bagaimana seseorang itu mampu mengekspresikan dirinya untuk
menjadi apa yang dia inginkan.
4. Teori kebutuhan bertingkat / Hierarki Kebutuhan
a. Kebutuhan
fisiologis
Adalah
sekumpulan kebutuhan-kebutuhan dasar yang paling penting untuk segera dipenuhi
karena terkait dengan kelangsungan hidup manusia seperti, makanan, udara, air
dan yang lain. Jika kebutuhan ini belum terpenuhi, maka individu tidak akan
tergerak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan diatasnya.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukannya, Maslow yakin ini semua adalah kebutuhan-kebutuhan
individual. Kalau anda kekurangan vitamin C, misalnya, anda akan sangat
menginginkan bahan makanan yang mengandung vitamin C.
b. Kebutuhan
rasa aman
Setelah
keperluan ini dicapai, manusia akan mencari keselamatan hidup, kestabilan
kerja, jagaan masyarakat, undang – undang serta membebaskan diri daripada
ancaman luar maupun dalam. Anda akan semakin ingin meenemukan situasi dan
kondisi yang aman, stabil dan trlindung. Tahap keselamatan ini amat diperlukan
bagi menjamin kesejahteraan hidup.
c. Kebutuhan
kasih sayang
Dalam
memenuhkan kepenuhan kasih sayang pula, manusia perlukan hubungan dengan insan
lain, kita semua pada asasnya ialah hewan yang bersosial. Kebutuhan ini dapat
diekspresikan dalam berbagai cara, seperti: persahabatab, percintaan, atau
pergaulan yang lebih luas. Melalui kebutuhan ini seseorang mencari pengakuan,
dan curahan kasih sayang dari orang lain, baik dari orang tua, saudara, guru,
pimpinan, teman, atau yang lainnya.
d. Kebutuhan
penghargaan diri
Maslow
mengatakan bahwa ada dua bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini: Bentuk yang
lemah dan yang kuat. Bentuk yang lemah adalah kebutuhan kita untuk diharagai
prang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian,
reputasi, apresiasai bahkan dominasi.
Sementara
yang kuat adalah kebutuhan kita untuk percaya diri, kompetensi, kesuksesan,
independensi dan kebebasan. Bentuk kedua ini lebih kuat karena sekali didapati
kita tidak mudah melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan
orang lain. Bentuk negatif dari kebuthan harga diri ini adalah rendah diri dan
kompleks inferioritas.[3]
e. Kebutuhan
kognitif
Secara
alamiah manusia memiliki hasrta ingin tahu ( memperoleh pengetahuan, atau
pemahaman tentang sesuatu). Hasrat ini mulai berkembang sejak akhir usia bayi
dan awal masa anak, yang diekspresikan sebagai rasa ingin tahunya dalam bentuk
pengajuan pertanyaan tentang berbagai hal, baik diri maupun lingkungannya. Rasa
ingin tahu ini biasanya terhambat perkembangan oleh lingkungan, baik keluarga
maupun sekolah. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan menghambat
pencapaian perkembangan kepribadian secara penuh.
f. Kebutuhan
Estetika
Kebutuhan
estetik merupakan ciri orang yang sehat mentalnya. Melalui kebutuhan inilah
manusia dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam bidang seni (lukis, rupa,
paung, dan grafis), arsitektur, tata busana, dan tata rias.
g. Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Kebutuhan
ini punxcak dari hierarki kebutuhan manusia yaitu perkembangan atau perwujudan
potensi dan kapasitas secara penuh. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi
untuk menjadi segala sesuatu yang dia mampu untuk menjadi itu.
Kebutuhan-kebutuhan
aktualisasi diri ini tidak memerlukan penyeimbangan atau homeostasis. Sekali
diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan ini memang akan meningkat kalu
kita menebarnya. Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat untuk terus-menerus
mewujudkan potensi-potensi diri, keinginan untuk menjadi apa yang anda bisa.
Kebutuhan ini lebih merupakan persoalan menjadi yang sempurna, menjadi anda
yang sebenarnya.[4]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Aliran
Humanistik menolak paham yang menyebutkan bahwa manusia adalah hasil dari
bawaan hewan.
2. Humanistik
mengajarkan manusia untuk berfikir secara objektif.
3. Mengajarkan
manusia untuk selalu mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh setiap
individu, agar menjadi kreatif.
4. Dalam
humanistik terdapat kebutuhan yang perlu diraih oleh manusia agar menjadi
dirinya sendiri, dan kebutuhan tersebut dibagi menjadi tujuh :
Ø Kebutuhan
Fisiologis
Ø Kebutuhan
Rasa Aman
Ø Kebutuhan
kasih sayang
Ø Kebutuhan
Penghargaan diri
Ø Kebutuhan
Kognitif
Ø Kebutuhan
estetika
Ø Kebutuhan
Aktualisasi diri
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Boeree, C.
George, 2006, Personality Theories, cet. IV. Jogyakarta: Prismashopie.
Prof. Dr.
Yusuf LN, M.P.d., Syamsu, 2008. Teori
Kebribadian, cet, 2. Bandung: PT. Remaja Posdakarya.
Drs. Soemanto,
Wasty, M.Pd., 1998, Psikologi Pendidikan, cet. IV. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
[1]
Dr. C. George Boeree, Personality Theories, (Jogjakarta:
PRISMASHOPIE,2006), hlm. 276.
[2]
Drs. Wasty Soemanto, M.Pd., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta,1998), hlm. 136.
[3]
Prof. Dr. Syamsu yusuf LN, M.Pd.,Teori kepribadian, (Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya,2008), hlm. 157-160.
[4]
Dr. C. George Boeree, Personality Theories,
(Jogyakarta:Prismashopie,2006), hlm.284.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar